Sabtu, 17 Maret 2012

5 Langkah Persiapan Menghadapi Ujian Nasional

Ujian nasional adalah sebuah langkah yang harus ditempuh oleh semua siswa SMA, ketika sudah memasuki kelas 3 SMA maka bayang-bayang ujian nasional terus membayangi, karena semua pihak selalu mengingatkan tentang waktu ujian nasional yang terus mendekat dan semakin susah soal-soalnya.
Buat teman-teman yang akan mengikuti ujian nasional, berikut ada 5 tips untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar bisa mengahadapi ujian nasional dengan rileks dan tanpa beban.

1. Berani Membayangkan Lulus, coba deh kalian berani membayangkan proses kelulusan, bayangkan rasa bahagianya..bersama teman-teman kalian merayakan kelulusan dan menikmati kepuasan saat lulus. Juga munculkan sosok orang tua kalian yang merasa bangga karena anaknya berhasil melewati sebuah tahapan ujian dalam kehidupannya. Perjelas gambaran itu perlahan demi perlahan. Biarkan perasaan itu meresap ke dalam pikiran dan jiwa kalian.
2. Belajar secara progresif, proses pembelajaran terhadap materi sebaiknya dilakukan secara bertahap dari level yang paling sedikit dan mudah terus naik sampai ke level yang susah dan banyak. Biarkan materi itu sedikit demi sedikit masuk ke pikiran kalian, dengan proses yang progresif maka materi akan mudah masuk ke pikiran bawah sadar kalian dan melekat sehingga mudah untuk di re-call
3. Melakukan affirmasi lulus, setiap pagi ketika berangkat sekolah biasakan untuk berkata kepada diri anda sendiri sebuah kalimat affirmasi yang mampu menembus batas area kritis pikiran sadar. Kalimat tersebut bisa seperti ini “Mulai pagi ini dan seterusnya, saya mendekati kepada kelulusan saya” sambil bayangkan gambaran kelulusan kalian.
4. Mengikuti Try Out secara reguler, mengikuti try out adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat kemampuan kalian terhadapa materi ujian nasional. Karena itu try out harus diikuti secara reguler, misal setiap bulan. Sehingga kalian dapat mengukur sendiri kemampuan penguasaan terhadap materi ujian nasional.
5. Berdoa minta diluluskan, selain itu yang wajib dilakukan adalah berdoa dan mendekat kepada Tuhan agar dimudahkan dalam menghadapi ujian nasional dan minta diluluskan. Ingat..berdoa adalah sebuah proses sugesti karena itu harus mengikuti aturan sugesti yang benar. Yaitu harus jelas apa maksudnya, sambil kalian bayangkan doa itu. Maka perlahan pasti semesta akan mendukung doa itu untuk terwujud.
Demikian 5 tips persiapan untuk menghadapi ujian nasional, sekarang keputusan ada di tangan kalian. Hidup kalian adalah masa depan kalian dan LULUS adalah hak kalian. Karena itu harus kalian perjuangkan semaksimal mungkin, berjalan dengan penuh rileks dan pasti. Maka yakinlah LULUS pasti ada di tangan sehingga semua pihak akan bangga terhadap hasil tersebut. Mulailah detik ini untuk mempersiapkannya…
Jika ingin lebih meningkatkan semangat diri dan membuang beban menghadapi ujian nasional, silahkan mengikuti program spirit booster di Wahana Sejati. Hubungi kami di 031-5350411/085646000981
Salam istimewa,
Trainer Keajaiban Bawah Sadar
Firman Pratama

Rabu, 07 Maret 2012

gairahkan seni tari di jombang

Budaya


Membingkai Geliat Seni Tari Jombang
2012.02.15 10:57:33
Oleh : Lukiati, S.Pd*

Kabupaten Jombang yang membentang dari utara ke selatan, dihiasi indah kali Brantas serta puncak-puncak gunung dan perbukitan, mewujudkan mozaik pemandangan nan istimewa lagi menawan. Anugerah keindahan itu rupanya mendorong dinamika warganya yang merupakan pertemuan dua aliran kebudayaan besar, yaitu Mataraman (Pracima) dan budaya Arek (Purwa) berkreasi sebagai buah peradaban. Olah kreasi yang saya maksud, salah satunya adalah seni tari. Sebagai contoh bisa kita saksikan tarian-tarian khas Jombang, seperti ; tari Remo Boletan, tari Remo gaya Ali Markasa, tari Renteng Manis dan lain-lain, telah mengharumkan nama Jombang tidak hanya di skup regional bahkan ke tingkat nasional.

Prestasi demi prestasi di bidang seni tari yang diukir oleh para seniman dan seniwati Jombang tersebut sayangnya tidak serta-merta memposisikan Jombang sebagai salah satu basis kekuatan varian kebudayaan yang memberikan kontribusi bagi pengembangan budaya di Jawa Timur hingga Indonesia secara lebih luas. Hal ini bisa dibuktikan dengan masih dimasukkannya Jombang sebagai bagian dari budaya Arek. Sedangkan pada sebagian kalangan masih menganggap Jombang sebagai daerah sebaran budaya Mataraman. Sehingga posisi yang ambigu inilah disadari atau tidak memunculkan hipotesis awal bahwa Jombang memang berbeda. Artinya bukan merupakan wilayah budaya Mataraman, juga tidak termasuk budaya Arek.

Melihat keunikan-keunikan Jombang dari berbagai sisi, maka saya hanya menyoroti pada geliat seni tari Jombangan yang mulai getol dipelajari oleh warga masyarakat Jombang melalui kegiatan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah maupun di sanggar-sanggar tari. Geliat ini menguatkan kesan bahwa wong nJombang sedang kangen dengan identitasnya. Satu ciri yang dapat dijadikan penanda akan identitas pribadi maupun komunal.

Geliat senh tari di Jombang semakin mengemuka dengan dimasukkannya ekstra kurikuler seni tari oleh sekolah-sekolah berbasis keislaman, khususnya di madrasah-madrasah. Penari-penari muda Jombang pada kurun waktu dua tahun terakhir mulai didominasi oleh siswa-siswi madrasah ibtidaiyah, sebut saja MIN Kauman Utara Jombang dan MI Mujahidin Parimono. Dua madrasah ini telah menunjukkan prestasi yang membanggakan di dunia seni tari. Bahkan pada pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Madrasah Ibtidaiyah se-Jawa Timur yang dipusatkan di kabupaten Jombang beberapa waktu yang lalu, sebanyak duapuluh murid MIN Kauman Utara sangat piawai membawakan tari Remo Boletan. Sehingga secara langsung wakil gubernur Jawa Timur Gus Ipul memberikan apresiasi yang positif terhadap perkembangan pendidikan di madrasah.

Melihat perkembangan antusiasme masyarakat Jombang terhadap tarian-tarian khas daerahnya, sangat menarik untuk dilakukan strategi khusus pengembangan seni tari di kabupaten Jombang sebagai salah satu cabang kesenian yang juga anak emas kebudayaan. Strategi tersebut antara lain berupa kemasan paket pengajaran serta kemasan lain yang diharapkan dapat menjadi pemantik api kreativitas masyarakat Jombang secara lebih luas. Memang, dibutuhkan keberanian untuk memulai. Keberanian ini menurut A’a Gym hendaknya diformulasikan dengan tiga M, yaitu ; mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang.

Sebuah kerangka tujuan yang jelas akan memudahkan aplikasi strategi di lapangan. Aplikasi atau penerapan strategi itu antara lain dapat disinergikan dengan unsur-unsur lain di masyarakat. Maka peran jejaring kebudayaan dan pendidikan adalah dua bagian mutlak yang harus dirangkul dalam rangka membingkai geliat seni tari di kabupaten Jombang. Apalagi secara nasional Kementerian Pendidikan telah disatukan lagi dengan Kebudayaan.

Sebagai contoh yang sangat menarik untuk disajikan adalah strategi pengembangan seni tari yang dilakukan oleh Lembaga Lungit Angudi Rahayu atau Sanggar Lung Ayu, Jombang. Sanggar ini telah mengawinsilangkan pengembangan seni budaya dengan kondisi daerah pasca bencana banjir di sebagian wilayah Jombang, meliputi kecamatan-kecamatan utara Brantas ditambah kecamatan Diwek dan Jogoroto. Strategi ini perlu lebih dikembangkan oleh stakeholder kesenian secara lebih luas. Karena penanganan traumatis pasca bencana dengan pendekatan seni budaya diharapkan memberi  nilai tambah sumber daya manusia, khususnya di kabupaten Jombang.

Membingkai sesuatu dalam realita keseharian dapat diasumsikan dengan mengemas suatu produk, baik berupa barang maupun jasa sehingga makin memikat warga masyarakat terhadap potensi barang atau jasa yang dikemas. Salah satu contoh kasus adalah pelaksanaan wisuda penari yang dikemas dalam upacara adat Purwa Bhakti Seni Budaya. Meskipun kemasan tersebut mengadopsi upacara adat kungkum sindhen, namun substansi dari pengadopsian ini menganut model kreatifitas nilai kearifan lokal masyarakat Jawa, yaitu tiga N; niteni yang bermakna mengingat-ingat, nirokna atau menirukan, dan nambahi atau menyempurnakan dari acara sebelumnya.

Upaya demi upaya yang dilakukan oleh komunitas-komunitas kesenian hendaknya juga didukung elemen masyarakat maupun birokrasi. Maka pengembangan seni budaya di daerah pasca bencana adalah satu bentuk guliran bola salju untuk merancang strategi pembangunan seni budaya ke depan. Negara melalui birokrasi pemerintahannya bertindak sebagai fasilitator dan motivator program. Sedangkan komunitas atau lembaga-lembaga kesenian masyarakat menjadi eksekutor di lapangan. Sehinga dari pola-pola tersebut akan memunculkan ledakan proses panjang pembangunan seni budaya. Efek dari upaya tersebut bukan tidak mungkin seperti teori relativitasnya Einstein dalam bidang ilmu fisika.

Eureka..! eureka..! Ucapan yang pantas ketika stakeholder kesenian dan pemerintahan telah bertemu pada puncak visi yang sama. Karena innama a’malu bin niat, segala sesuatu tergantung niatnya. Maka dukungan pemerintah, dalam hal ini Direktur Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal untuk memfasilitasi Lembaga Pendidikan Lungit Angudi Rahayu atau Sanggar Lung Ayu yang bervisi sebagai pusat informasi dan pendidikan seni budaya Jombangan, menggelar upacara adat wisuda penari “Purwa Bhakti Seni Budaya” perlu untuk didukung sebagai upaya membingkai geliat seni tari Jombang. Semoga…

*) Penulis adalah guru SBK MIN Kauman Utara Jombang.

ujian praktek bahasa jepang

 Bahasa indonesia
Romaji
hiragana/katakana
Ibu
Okaasan
おかあさん
Ibu saya
Haha
はは
Ayah
Otoosan
おとうさん
Ayah saya
Chichi
ちち
Orang tua
Ryooshin
りょうしん
Kakak (L)
Ani
あに
Kakak (P)
Ane
あね
Adik (L)
Otooto
おとうと
Adik (P)
Imooto
いもうと
Anak
Kodomo
こども
Anak (L)
Musuko
むすこ
Anak (P)
Musume
むすめ
Suami
Go-shujin
ごしゅじん
Suami saya
Otto
おっと
Istri
Okusan
おくさん
Istri saya
Tsuma
つま
Suami-istri
Fuufu
ふうふ
Tante
Obasan
おばさん
Paman
Ojisan
おじさん
Sepupu
Itoko
いとこ
Kakek
Ojiisan
おじいさん
Kakek saya
Sofu
そふ
Nenek
Obaasan
おばあさん
Nenek saya
Soba
そば
Cucu
Mago
まご
Saudara
Kyoodai
きょうだい

Sabtu, 03 Maret 2012

Sejarah Pondok Bahrul 'Ulum

Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) didirikan sekitar pada tahun 1825 di dusun Gedang kelurahan Tambakberas. Oleh  KH. Abdus Salam, Bersama pengikutnya ia kemudian membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah langgar (mushalla) dan tempat pondokan sementara, buat 25 orang pengikutnya. Karena itu pondok pesantren juga dikenal pondok selawe (dua puluh lima) KH. Abdus Salam adalah seorang keturunan raja Brawijaya dari Majapahit sebagaimana silsilah berikut ini Abdussalam putra Abdul Jabbar putra Ahmad putra Pangeran Sumbu putra Pangeran Benowo putra jaka Tingkir (maskarebet) putra Lembu peteng Aqilah Brawijaya.
Nama KH. Abdus Salam kemudian lebih dikenal dengan nama Shoichah atau Kyai Shoichah kemudian beliau memperistri seorang putri dari kota Demak yaitu Muslimah. Dari pernikahanya beliau dikaruniai beberapa putra dan putri yaitu diantaranya yaitu Laiyyinah, Fatimah, Abu bakar, Murfu’ah, Jama’ah, Mustaharoh, Aly ma’un, Fatawi dan Abu Sakur. KH. Abdus Salam mempunyai beberapa santri. Dari santri-santri tersebut ada dua santri yang dijodohkan dengan putrinya yaitu Laiyyinah di jodohka dengan Ustman. Dari hasil pernikahanya beliau dikaruniai seorang putri bernama Winih (nama asalinya Halimah) dan Halimah dijodohkan dengan seorang santri yaitu As’ary dari Demak cikal bakal pendiri Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan Fathimah dijodohka dengan Sa’id dari pernikahannya beliau di karuniai seorang putra yaitu Kasminah Chasbullah sebelum haji bernama Kasbi, Syafi’i sebelum haji bernama Kasdu, dan Asim sebelum haji bernama Kasmo.Setelah itu pondok nyelawe diteruskan oleh Kyai. Ustman. Dan Kyai. Sa’id mengembangkan sayap pendidikan pondok pesantren dengan mendirikan pondok pesantren disebelah barat dusun Gedang seelah mendapat izin dari ayah maratuanya, yang kini menjadi Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

Setelah Kyai Ustman dan Kyai Sa’id, yang meneruskan kepemimpinan pondok pesantren adalah Chasbulloh putra Kyai Sa’id sedangkan Pondok Kyai Ustman dikarenakan beliau tidak mempunya putra sebagai penerus. Oleh sebab itu seluruh santri diboyong ke pondok barat dibawah asuhan Kyai. Chabulloh. Dalam mengembangkan Pondok Pesantren Kyai. Chabulloh ditemani seorang istri yang begitu sangat setia yaitu Nyai Latifah (asalnya A’isah) yang berasal dari desa Tawangsaari Sepanjang Sidoarjo. Pernikahan antara Kyai. Chabulloh dan Nyai Latifah dikaru
niaiputra-putri antara lain :
1.      Kyai Abdul Wahab yang berputra K.Wahib, Khodijah, K. Najib Adib, Jammiyyah, mu’tamaroh, Muniroh, Mahfudloh, Hisbiyah, Munjidah, Hasib dan Rokib.
2.      Kyai Abdul Hamid yang berputra K. Abdullah, K. Moh. Sholeh, K. Abdul malik, K. M. Yahya dan Hamidah.
3.      Nyai Khodijah, (nyai Bisry) berputra Achmad, Sholikhah, Musyarofah, Abdul Aziz, M. Shokhib.
4.      Kyai Abdurrahim berputra K. Ach. Al Fatich, Bariroh, K. Ach. Nasrullah, K. Amanullah, K. Khusnullah.
5.      Nyai Fatimah berputra Abdul Fattah, Mufattimah, Abdul Majid
6.      Sholihah tidak berputra
7.      Zuhriyah tidak berputra
8.      Aminaturrokhiyah tidak berputra
Tahun 1920 adalah dimana kyai Chasbulloh dipanggil ke hadapan sang kholiq (wafat) kemudian pimpinan pondok pesantren diteruskan oleh putra-putranya yaitu Kyai Abdul Wahab, Kyai Abdul Hamid, dan Kyai Abdurrohim.
Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam mengasuh pesantren tersebut. Nama itu justru berasal dari K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Ia memberikan nama resmi pesantren
pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian pendiri N.U ini pulang ke rahmatullah pada tanggal 29 Desember 1971. Mulai tahun 1987 kepemimpinan pondok pesantren dipegang secara kolektif oleh Dewan Pengasuh yang diketuai oleh K.H. M. Sholeh Abdul Hamid. Mereka juga mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang diketuai oleh KH. Ahmad Fatih Abd. Rohim.Para kiai yang mengasuh PP Bahrul Ulum itu diantaranya, KH. M. Sholeh Abdul Hamid, K.H. Amanullah, K.H. Hasib Abd. Wahab, Dibawah kepemimpinan K H. M. Sholeh, PPBU mengalami perkembangan sangat pesat hingga muncul berbagai macam ribat atau komplek diataranya yaitu
Induk Al-Muhajirin I, II, III dan IV, Al-Muhajin putri I, II, III dan IV, As-Sa’idi
yah putra I, II dan III, As-Sa’idiyah putri, Al-Muhibbin, Ar-Roudloh, Al-Ghozali putra dan putri, Al-Hikmah, Al-wahabiyah I dan II, Al-Fathimiyah, Al-Lathifiyah I, II dan III, An-Najiyah putra dan putrid, Assalma, Al Fattah, Al Asyari,Komplek Chasbullah, Al Maliki, Al Hamidiyah.
Setelah wafatnya  KH. M. Sholeh Abdul Hamid pada tahun 2006 majlis pengasuh diteruskan oleh KH. Amanullah Abdurrahim yang wafat pada tahun 2007 hinga pada saat ini yaitu tahun 2010 majelis pengasuh PPBU adalah KH. Hasib Abd. Wahab

Template by:

Free Blog Templates